Kenapa Kita Hanya Bisa Mengingat Masa Lalu, Bukan Masa Depan?
Setiap hari kita mengingat peristiwa masa lalu—apa yang kita makan kemarin, kejadian di sekolah minggu lalu, atau kenangan masa kecil. Tapi pertanyaannya adalah: kenapa kita tidak bisa mengingat masa depan? Jika waktu adalah dimensi seperti ruang, mengapa persepsi kita hanya bergerak ke satu arah?
Waktu dalam Fisika: Relatif dan Simetris
Dalam fisika modern, terutama Teori Relativitas Khusus, waktu bukanlah sesuatu yang absolut. Ia merupakan dimensi keempat dari struktur ruang-waktu. Bahkan, banyak persamaan fisika bersifat simetris terhadap waktu, artinya tidak membedakan arah maju atau mundur. Dalam matematika, tidak ada yang secara eksplisit melarang waktu berjalan ke dua arah.
Namun, satu hukum penting membuat waktu terasa satu arah bagi kita.
Entropi dan Panah Waktu
Hukum Termodinamika Kedua menyatakan bahwa entropi—atau tingkat ketidakteraturan—selalu meningkat dalam sistem tertutup. Artinya, alam semesta bergerak dari keadaan yang lebih teratur ke arah yang lebih kacau.
Inilah yang disebut “panah waktu”—sebuah arah alami waktu dari masa lalu ke masa depan.
Kita mengingat masa lalu karena entropi di masa lalu lebih rendah. Memori adalah jejak fisik dalam otak, dan penciptaan memori itu sendiri merupakan proses yang menambah entropi. Kita tidak bisa "mengingat masa depan" karena jejak fisik dari masa depan belum ada dalam sistem saat ini.
Perspektif Filosofis dan Kognitif
Dari sudut pandang filsafat dan neurosains, waktu dirasakan secara linear karena cara otak manusia bekerja. Otak menyusun pengalaman dalam urutan sebab-akibat, dan proses memori dibangun dari pengalaman yang telah terjadi, bukan yang akan terjadi.
Kesimpulan
Kita hanya bisa mengingat masa lalu karena waktu, dalam kenyataan biologis dan termodinamika, hanya bergerak maju. Meski hukum fisika memungkinkan simetri waktu, entropi dan mekanisme otak manusia menjadikan masa depan sebagai sesuatu yang belum bisa “diakses” oleh kesadaran kita.